Meski Mendung Tetap Ke Air Terjun Semirang

Meski Mendung Tetap Ke Air Terjun Semirang

Eksapedia.com - Kembali menyusuri air terjun yang ada di daerah Semarang, kali ini tujuan saya adalah air terjun Semirang. Air terjun ini terletak di lereng gunung Ungaran yang berada di tengah-tengah hutan belantara. Ciri khas alam inilah yang membuat air terjun semirang menjadi rekomendasi tempat liburan bersama sahabat atau keluarga.

Objek wisata air terjun Semirang bukanlah objek wisata baru ya sob. Keberadaanya sudah ditemukan sejak lama, serta sudah diresmikan menjadi objek wisata sejak lama pula. Air terjun Semirang memiliki ketinggian hampir 50 meter. Airnya sangat deras dingin, maklum saja karena berada di lereng gunung. Bagi pengunjung yang ingin mandi dan bermain air di bawah air terjun ini jangan lupa untuk membawa pakaian ganti. Udara disekitarnya sangat sejuk segar dan jauh dari polusi.

Air terjun Semirang berada di dusun Gintungan, desa Gogik, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Untuk menuju kemari kamu tidak usah bingung karena sudah ada papan penunjuk arah di pinggir jalan ( jika dari arah Selatan ).  Jika kamu dari arah Semarang kota pertama tama akan melewati jl. Semarang – Surakarta. Sampai di Jl. Di ponegoro cari putusan jalan untuk putar balik. Kemudian masuk ke jalan yang dimaksud.

Setelah itu kita harus melewati daerah pemukiman penduduk kurang lebih 3 Km terlebih dahulu. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya berkunjung kemari. Beberapa waktu lalu sempet kesini cuma waktu itu hujan. Jadi ya kurang maksimal.

Untuk bisa sampai kemari pengunjung bisa menggunakan sepeda, sepeda motor, dan mobil pribadi. Tapi lebih enak sih pakai sepeda dan sepeda motor karena jalanan di area perkampungan yang kecil bisa merepotkan mobil yang berpapasan.

Setibanya dilokasi saya lihat langit kembali mendung. Tak ingin kejadian seperti waktu pertama kali kesini saya langsung buru-buru melangkahkan kaki menuju ke air terjun. Alasanya adalah jarang ada tempat untuk berteduh. Ada satu warung ditengah, terus yang lain adanya di dekat lokasi air terjun.

Harga dan Biaya (januari 2016):

  • Parkir sepeda motor : Rp.2.000/ unit
  • Parkir mobil : Rp.5.000/ unit
  • Tiket masuk ( hari minggu ) : Rp.8.000/ orang
  • Biasa : Rp.5.000/ orang.

Setelah membeli tiket masuk terdengar suara adzan Dzuhur. Agar perjalanan tenang saya memutuskan untuk sholat di mushola terlebih dahulu.

Oke sudah beres semua saya kembali melanjutkan perjalanan menuju ke air terjun Semirang. Tadi kata bapaknya yang jaga tiket diatas cukup ramai. Ada beberapa rombongan yang sudah naik. Niatnya sih mau cari rombongan lain biar ada temen ngobrol. Tapi saya perhatikan tak ada seorang pun yang naik di jam ini, yaudah deh sendirian pun tak masalah.

Nah buat yang belum tau saja ya? Untuk bisa sampai ke air terjun kita harus berjalan menelusuri hutan terlebih dahulu sejauh 900 meter. Di awal perjalanan medanya nggak terlalu terjal. Jalanya berupa tanah liat merah dan sesekali ada anak tangga yang terbuat dari batu. Ohh ya sob. Jangan lupa bawa minuman ya, buat jaga-jaga. Walaupun di sepanjang perjalanan ada beberapa pedagang yang menjual makanan dan minuman nggak ada salahnya kalau bawa dari bawah. Siapa tau pas diatas ternyata warungnya tutup apa malah nggak bikin bingung coba?

Tidak mau membuang waktu saya terus melangkahkan kaki agar bisa sampai keatas sebelum turun hujan meski kaki terasa pegal dan nyut-nyutan. Tak apalah nanti istirahat disana saja. Kalau dikit-dikit berhenti dikit-dikit berhenti kapan nyampainya. Pikir saya dalam hati.

Ohh iya sob. Sampai lupa.. Disini nanti kita akan menjumpai pohon pala. Pala merupakan rempah-rempah asli Indonesia. Kulit buahnya berwarna kuning kehijauan. Pohonya tinggi dan lebat. Dulu pas kesini saya sempat melihat ada beberapa orang sedang memanen buah pala. Cuma kemarin tidak ada aktifitas tersebut. Untuk masalah manfaat dan khasiatnya cari sendiri saja ya.. Hehehe..

Oke, kembali ke perjalanan menuju ke air terjun Semirang. Semakin kedalam medanya semakin sulit. Nuansa alamnya juga begitu terasa. Sesekali saya berpapasan dengan pengunjung lain yang hendak turun.

"Permisi mas.." sapaku kepada pengunjung lain yang hendak turun.

"Iya mas, permisi juga." jawab dia.

"Masih jauh nggak to mas curugnya?" tanyaku basa-basi.

"Lumayan mas.." jawabnya.

"Oke makasih ya mas."

"Iya mas, sama-sama.

Hlo.. hlo.. hlo.. Semakin mau sampai saya semakin sering bertemu dengan pengunjung yang mau turun. Ini nanti pas saya tiba di air terjunya jangan-jangan nggak ada orang lagi. Pikir saya dalam hati. Tapi mau gimana lagi, sudah terlanjur masuk sampai tengah-tengah ya harus tetap melanjutkan perjalanan.

Saat hampir sampai medanya bisa saya bilang cukup menguras energi. Karena kita harus melewati anak tangga yang tidak sedikit. Anak tangga ini terbuat dari batu yang sudah disemen. Cuma karena termakan usia semenya sudah ditumbuhi lumut, begitu juga dengan anak tangganya. Jadi pas lewat tangga ini harus cari pegangan untuk pengaman.

Di sekitar anak tangga banyak terdapat pohon-pohon besar yang masih terjaga. Nyanyian burung-burung dan suara gemercik air aliran air terjun Semirang akan menjadi warna warni perjalanan. Beberapa kali saya sempat menghentikan langkah dan duduk di anak tangga untuk beristirahat. Maklum ngos-ngosan sob.. dari tadi jalanya cepet-cepet.

Begitu energi sudah berasa pulih langsung lanjut lagi. ( singkat cerita ) Dan.. Alhamdulillah.. sampai juga.. Fyuh.. rencananya sih mau istirahat sebentar diwarung tapi saya lihat mendung semakin gelap. Akhirnya saya memutuskan untuk langsung ke air terjunya saja.

Saya lihat pengunjung yang kesini didominasi oleh laki-laki. Diantara mereka ada yang mandi dan bermain air di bawah air terjun Semirang.

Air terjun semirang masih terlihat alami. Di dekat air terjun ditumbuhi tanaman gunung yang hijau. Lebatnya pepohonan sekitar juga menambah nuansa alaminya sangat terasa. Duduk di pinggir air terjun sembari melepas lelah setelah menempuh perjalanan jauh itulah yang saya lakukan begitu sampai disini. Walaupun masih tetep ngos-ngosan dan keringat masih bercucuran.

Karena kesejukannya keringat di tubuh nggak kerasa hilang begitu saja. Tak banyak yang saya lukukan disini. Hanya berkeliling kesana kemari melihat air terjun semirang sisi demi sisi. Cuma ada hal yang membuat saya heran. Yakni di dekat air terjun ini banyak sekali pohon yang tumbang. Kalau saya lihat sih ini nggak tumbang secara alami, melainkan memang sengaja ditebang. Nggak tau juga sih apa alasanya. Disaat bersamaan tetesan air hujan mulai turun. Sehingga membuat saya dan para pengunjung lain untuk mencari tempat berteduh.

Wah jadi teringat pas pertama kali kesini. Tak lama sampai di air terjun hujan pun turun. Tapi tak apa. Karena hujan adalah berkah dari Sang Pencipta. Jadi walau bagaimanapun kita tetep harus bersyukur jika masih ada hujan. Untung saja di dekat air terjun ada beberapa warung. Jadi bisa sekalian berteduh dan mengisi perut. Dari beberapa warung yang ada disini, saya memilih warung paling pojok. Alasanya karena disana sepi.

"Buk itu kok banyak pohon yang tumbang ya, kenapa to?" tanyaku kepada si penjaga warung.

"Ditebangi mas, supaya padang ( maksudnya biar nggak rimbun )." jawab ibuk tadi.

"Nebanginya baru atau sudah lama?" tanya saya lagi.

"Tiap minggu mas." jawabnya.

Ohh.. jadi rupanya pohon-pohon yang tadi saya lihat terbengkalai di pinggiran sungai memang sengaja ditebangi supaya tempatnya nggak rimbun. Terjawab sudah keheranan yang tadi saya rasakan,

Saat ngobrol sama ibuk yang jaga warung tiba-tiba datang 3 orang remaja (laki-laki) dan berteduh di warung yang sama dengan saya. Awalnya sih kita diem-dieman tapi salah satu dari mereka membuka pembicaraan dengan saya. Basa-basilah tanya rumah, pekerjaan, dan yang lainya. Kemudian yang lainya ikut nyambung juga. Jadi serambi menunggu hujan reda kami saling berbincang-bincang dan bercanda tawa. Lumayanlah dapat kenalan baru.

Tak terasa hujan pun mulai reda, saya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Awalnya mereka saya ajak bareng. Tapi berubung kopi mereka belum habis jadi suruh ninggal aja. Ya sudah akhirnya saya pulang sendiri.

Selama perjalanan pulang saya lebih berhati-hati dalam melangkahkan kaki, karena tanah yang basah akan terasa licin bila dipijak.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama